A little Turtle #4
Sejak hari itu mereka berdua menjadi sahabat yang tak terpisahkan,
bagaikan kakak dan adik yang menjaga satu sama lain, seperti kawan lama yang
tak pernah bertemu sejak perang dunia pertama berakhir, mereka berbicara dan
tertawa tanpa henti seakan tidak memberikan kesempatan penduduk hutan lainnya
mempunyai kesenangan lebih dari mereka ataupun percakapan yang lebih ramai dari
mereka berdua. Tuan kelinci selalu menceritakan rahasia-rahasia kecilnya pada
kura-kura kecil, rahasia yang tak lain adalah pengalaman bodoh tuan kelinci
saat mencuri seikat selada dari paman jerami “memangnya kelinci mana yang bisa
dibodohi hanya dengan sebuah boneka jerami?” katanya dengan lantang, “tentu
saja kau kelinci itu” jawab kura-kura kecil, “apa maksudmu?” kata tuan kelinci sambil
memincingkan matanya, “dua hari yang lalu nona mentari bercerita padaku, ia
melihatmu sedang mengendap-ngendap dikebun sayur milik kakek yuko, lalu berlari
ketakutan saat paman jerami yang kau sebut boneka ituh menoleh ke arahmu” lanjut
kura-kura kecil. Sembari tersenyum jengkel tuan kelinci mgenggerutu dalam hati
‘kenapa tidak sekalian dia ceritakan pada seluruh penghuni hutan aku tersandung
saat berusaha kabur, lalu tertangkap basah oleh kakek yuko, apa tak ada hal
lain yang bisa nona mentari lakukan selain bergossip’, “ahahahha…Sepertinya
prajurit-parajurit hujan akan segera turun, lebih baik kau bergegas pulang aku
juga harus…”, “nona mentari bilang ia akan tetap berada di hutan hingga sore
hari” potong kura-kura kecil. “nona mentari sepertinya punya hobi berbicara.”
“ini ambil” kata kura-kura kecil sambil memberikan seikat sayuran pada tuan
kelinci. “tadi pagi kakek yuko menitipkan sayuran ini untukmu, katanya kalau
kau membutuhkan lebih banyak lagi, kau bisa langsung mengatakan padanya”, kali
ini tuan kelinci benar-benar tidak bergeming, tertunduk malu sekaligus sangat
jengkel, sepertinya semesta tidak berada dalam team yang sama dengannya, “buatmu
sajah, maaf tidak bisa memberikan padamu waktu itu” kata tuan kelinci pelan, kura-kura
kecil mengerti dan hanya tersenyum. “Aku mau menemui kakek yuko untuk
berterimakasih karena melepaskanku” lalu tuan kelinci pergi meninggalkan
kura-kura kecil. “tenanglah tuan kelinci rahasia mu mengenai paman jerami aman
ditanganku” teriak kura-kura kecil sambil mengejek, dalam hatinya ia selalu
mengagumi sahabatnya itu walaupun banyak hal konyol yang ia lakukan, tapi tuan
kelinci tetap memikirkan yang lain. Sesampainya dirumah kakek yuko, tuan
kelinci disambut dengan hangat, kakek yuko tidak marah dengan tuan kelinci atas
perbuatannya waktu itu, kakek yuko justru menawarkan tuan kelinci untuk
membantunya menjaga perkebunan. Dengan senang hati tuan kelinci menerima
penawaran itu, dengan begitu ia bisa menebus kesalahannya dan mendapatkan banyak
makanan disini tentu saja dengan ijin dari kakek yuko. Hampir setiap hari tuan
kelinci berada di perkebunan, sesekali ia bertemu kura-kura kecil hanya untuk
sekedar menyapa, mereka sudah jarang pergi bersama untuk menikmati opera alam ditepi
sungai.
Hari terus belalu sudah hampir tiga pekan
kura-kura kecil tidak bertemu dengan sahabatnya itu, ia tidak pernah mendengar
kabar dari tuan kelinci lagi, “ehmm hmmm…permisi kura-kura kecil” sapa nona
mentari,”aku hanya ingin menyampaikan pesan dari seekor kelinci menyebalkan
yang tidak mempunyai sopa..hmm maksudku sahabatmu itu mengatakan hal aneh
seperti ‘dua tiket opera alam ditepi sungai sudah dipesan untuk esok pagi’, yaa
terkadang memang seekor kelinci memiliki kecendrungan untuk mengatakan hal yang
cukup ane…unik maksudku, sangat unik ahahhaha” mendengar hal tersebut kura-kura
kecil melompat-lompat kegirangan “terimakasih nona mentari, terimakasih”,
“iya..iya sama-sama kau tidak perlu bereaksi berlebihan seperti itu, itu hanya
pesan terkonyol serta aneh yang pernah kudengar kecuali kau cukup aneh juga
untuk mengerti hal itu” kata nona mentari dengan intonasi yang sangat cepat dan
tak berujung, kemudian keheningan terjadi diantara mereka cukup lama…, “baiklah
aku permisi” kata nona mentari menutup pembicaraannya kemudian pergi.
“Sepertinya dia memang mentari yang hobi sekali berbicara, benar kata tuan
kelinci waktu itu,” lama tidak berjumpa dengan sahabatnya kura-kura kecil
sangat gembira mendengar kabar tersebut. Kura-kura kecil sangat senang karena
akhirnya sahabatnya yang mulai sibuk saat ini mau menyempatkan waktunya.
Keesokan paginya nona mentari yang biasa berkunjung tidak kunjung terlihat. Hutan
justru dipenuhi oleh ribuan prajurit hujan serta panglima angin yang terkenal sangat
gagah dan menakutkan, pagi itu seluruh penduduk hutan lebih memilih untuk
berada didalam rumah mereka, termasuk kura-kura kecil yang dengan terpaksa
terdiam dirumahnya entah menunggu sampai kapan ……[TO BE CONTINUE]
Komentar
Posting Komentar