A Little Turtle #3
“Apakah prajurit
hujan benar-benar akan tiba?” Tanya kura-kura kecil pada nona mentari dengan
antusias. Nona mentari hanya tersenyum dan mengangguk pelan, dalam hati berkata
‘ada apa dengan penduduk hutan satu ini, sepertinya ia tidak menyukai
kehadiranku padahal aku lebih menawan dibandingkan dengan para prajurit hujan
itu’ keluhnya dengan jengkel. ”baiklah kalau begitu aku harus menyapa penduduk
hutan lainnya kalau tidak ada yang ditanyakan lagi” kata nona mentari perlahan
meninggalkan kura-kura kecil yang sedang diselimuti rasa bahagia. Hari
berikutnya prajurit hujan mengumumkan kedatangan mereka, satu persatu dari mereka
turun menyapa penduduk hutan dengan ramah, tidak terkecuali kura-kura kecil
yang tanpa sadar menghentak-hentakan kaki dan ekor kecilnya sambil bersenandung
ria. Tidak lama kemudian kura-kura kecil keluar menuju bukit hijau dan
melompat-lompat dengan gembira, ‘kolamnya!’ katanya dalam hati, kemudian ia
dengan penuh antusias menuju kolam kecil dibalik bukit hijau. Kolam kecil yang
sangat jernih itu dikelilingi semak-semak kecil dan tumpukan bebatuan indah
tidak lupa pohon ek yang rindang diseputar kolam menambah sejuk suasana,
sesekali saat nona mentari berkunjung sebentar, sinarnya masuk diantara
celah-celah pohon ek membuatnya seperti kilauan permata yang bermandinkan emas,
air jernih dari kolam kecil memantulkan kembali sinar nona mentari layaknya cermin
pelangi. Pagi itu setelah kunjungan prajurit hujan, di sekitar kolam kecil
sudah dipenuhi beberapa penduduk hutan yang sedang beraktivitas atau sekedar
menikmati pagi dari pinggir kolam. Tidak mau ketinggalan, kura-kura kecil
langsung bergabung dengan penduduk hutan lainnya, sesekali ia berenang dengan
santai ke tengah kolam sambil menikmati sejuknya air yang memenuhi kolam
tersebut. ‘akhirnya prajurit hujan berkunjung juga’ katanya dalam hati, ‘besok
pagi kalau mereka berkunjung lagi aku harus mengucapkan terimakasih’ lanjutnya.
Setelah cukup bersantai kura-kura kecil naik ke atas tumpukan bebatuan
disamping kolam. Saat sedang asyik berjemur tiba-tiba ia mendengar suara yang
asing berbicara padanya “pintar juga kau memilih tempat, tapi tempat ku jauh lebih
indah daripada kolam kecil ini” celetuk tuan kelinci. “siapa kau?” tanya
kura-kura kecil penasaran. “aku..? hanya kelinci yang sangat tampan, mereka
biasa memanggilku si tampan” jawab kelinci dengan penuh percaya diri. Dengan
sedikit malas menanggapi dan terganggu tentunya kura-kura kecil membalas
perkataan tuan kelinci “ohhh… kalau begitu silakan pergi ke tempat indah mu
itu, aku tidak akan menghalangi” kata kura-kura kecil tersenyum lebar sambil berusaha
ramah pada kelinci yang menjengkelkan ini, bahkan dipertemuan pertama ini
kura-kura kecil sudah merasa sangat jengkel dan tidak mau berurusan lebih jauh
lagi.“terimakasih atas pujiannya tempat favoritku memang jauh lebih indah, lain
kali aku akan mengajakmu kesana tapi kali ini aku ingin menikmati opera alam
dari kolam kecil ini.” Balas tuan kelinci dengan santai. “kalau begitu silakan cari
tempat bersantai lainnya, tempat ini sangat luas” dengan nada setengah kesal
kura-kura kecil bermaksud membuat tuan kelinci pergi.” “oh..tidak-tidak, tiket opera
kali ini sepertinya sudah habis terjual, disebelah kanan kita tepat dibawah
pohon ek yang paling besar dan rindang, nyonya rusa dan beberapa anaknya sedang
bersantai sambil menikmati sarapannya, diseberang kolam persis didepan kita
beberapa pemuda berang-berang sedang berlatih membuat rumah mereka, tepat
disebelah kanan mereka nona-nona landak yang sangat cantik sedang berjemur
memamerkan duri mereka, terlalu beresiko kalau aku harus berjemur disamping
mereka, lalu tidak jauh disebelah kiri kita diantara semak-semak yang
diselimuti beberapa mawar, sudah diisi pemuda-pemuda kelinci lainnya, tapi
lebih baik aku tidak kesana, aku tidak mau mereka merasa kecil hati karena kehadiranku
yang begitu mempesona, aku memang kelinci yang sempurna.” Kura-kura kecil
terdiam mematung tidak bergerak mendengar semua perkataan tuan kelinci, baru
kali ini ada yang menggambarkan sesuatu untuk nya, ia sangat terharu.
“hei..hallo.. apa kau masih disana? Apa kura-kura bisa terkena serangan jantung
juga?” kata kelinci dengan nada usil namun kura-kura kecil masih tetap mematung.
“sepertinya aku lebih baik pergi” lanjut kelinci. “kau boleh disini” kura-kura
kecil akhirnya mengatakan sesuatu setelah terdiam cukup lama. “maksudmu aku
boleh duduk disini?” tanya tuan kelinci. “ iya, silakan duduk disebelahku, tapi
dengan satu syarat, gambarkan padaku opera alam atau apapun itu namanya seperti
yang kau lakukan tadi.” “tidak masalah” sahut tuan kelinci dengan perasaan lega
dan senang……[TO BE CONTINUE]
Komentar
Posting Komentar