My name is Seema and I still have a dream
Her name
is Seema Gul, a fourteen years old student at the Alai girls high school, Jalalabad
Afghanistan...and this is her story
Seema
hanyalah gadis biasa seperti teman-teman sekelasnya yang mempunyai sebuah
mimpi, mimpinya menjadi seorang dokter. Sekolah Seema berada dipusat kota
berdekatan dengan dua gedung pemerintahan. Juni 2018 lalu, terjadi serangan di
gedung Departemen Keuangan yang berlokasi dekat dengan sekolah Seema. Sekolahnya
mengalami kerusakan dan anak-anak di sekolah itu terkena dampaknya.
“Saat
itu sudah sore hari, aku dan teman-teman sedang merapihkan buku untuk pelajaran
terakhir. Tiba-tiba kami mendengar suara ledakan yang sangat kencang. Untuk sesaat
aku tidak dapat mendengar apapun, saat itu aku pikir aku sudah tuli. Asap hitam
mengelilingi kami. Bahkan hingga sekarang aku masih dapat mencium bau yang
tidak enak yang tersebar dimana-mana. Suara dari tangis anak-anak kecil meminta
bantuan adalah sesuatu yang masih sering muncul dimimipiku. Aku kehilangan
sekolahku dan teman-temanku. Aku sangat merindukan mereka, tapi aku tidak
bersama mereka lagi sekarang, ibuku dan kakakku tidak memperbolehkanku kembali
kesekolah.”
Pada
awalnya, setelah kejadian tersebut keluarga Seema masih mendukung Seema untuk
tetap bersekolah, tapi seminggu kemudian saat Seema dalam perjalanan menuju
sekolahnya untuk mengikuti ujian akhir semesternya, ia terkena ledakan lainnya.
Setelah itu keluarganya memutuskan untuk membuat Seema berada dirumah dan tidak
memperbolehkannya pergi ke sekolah.
“Aku
berharap mendapat dukungan dari ayahku untuk memperbolehkanku sekolah lagi,
tapi sayangnya ia melarangku. Aku menyimpan tas sekolahku dan buku-buku ku di
tempat yang aman dengan harapan suatu hari nanti aku bisa kembali bersekolah. Aku
merasa putus asa karna bahkan saat ini keluarga ku sudah membicarakan tentang
pernikahan”, Seema menangis saat menceritakan semua itu.
Karena
kekerasan yang terus-menerus, ketidakstabilan dan kemiskinan, banyak keluarga
yang beranggapan bahwa menikahkan anak-anak mereka diusia dini adalah jalan
untuk bertahan hidup. Belajar bagi setiap anak seharusnya bukanlah menjadi sebuah
pilihan melainkan suatu keharusan. Kualitas pendidikan adalah kunci dari
stabilitas, kesejahteraan dan pembangunan disetiap negara.
Perjuangan
dalam menyetarakan hak antara laki-laki dan perempuan sudah menjadi
permasalahan lama, bukan saja dinegara berkembang bahkan dinegara maju
sekalipun permasalahan ini masih menjadi sebuah polemik yang tidak berkesudahan,
ditambah dengan perbedaan latar belakang, kebudayaan serta agama dan masih
banyak faktor lainnya. Kita tidak boleh lupa ditengah-tengah penuntutan kesamaan
hak, baik laki-laki maupun perempuan memang diciptakan berbeda. Perempuan harus
tetap mendapatkan perlakuan khusus agar tetap mendapat rasa aman dan nyaman ditengah-tengah aktivitas
yang dilakukan. Perlakuan khusus ini seharusnya bukanlah dianggap menjadi suatu
kelemahan dan kerentanan akan ketidakadilan serta kekerasan.
#ForEveryChild
#ForEveryGirl
#WeTheFuture
#UNICEFAfghanistan
Komentar
Posting Komentar